Komodo "Sesuatu" banget

Komodo memang luar biasa. Meskipun tubuhnya terlihat sangar, bau dan mengerikan namun lamban karena tubuhnya yang raksasa, binatang purba satu ini terus bikin masalah. 

Setelah Jusuf Kalla (JK) mendapat mandat sebagai duta komodo, kemudian bertekad menjadikan Taman Nasional Komodo masuk dalam New 7 Wonder (tujuh keajaiban dunia) kategori alam, namun pemerintah seakan-akan berusaha mengganjalnya.

Itu bisa dilihat dari reaksi Kementerian Pariwisata dan Budaya yang cuek dan tidak mendukung program Vote Komodo untuk menjaring dukungan sebanyak-banyaknya. Padahal, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga ikut mengkampanyekan program JK tersebut.

Belakangan, usaha pemerintah adalah dengan menyatakan bahwa N7W Fondation adalah organisasi abal-abal alias bodong. Adalah Duta Besar Indonesia untuk Swiss Djoko Susilo yang meragukan kredibilitas N7W Foundation tersebut. Ini bukan pertama kalinya N7W bermasalah dengan Indonesia karena sebelumnya juga pernah terjadi "perang" antara Kemenbudpar dengan N7W terkait dengan penyelenggaraan anugerah keajaiban untuk buatan Indonesia. 

Akibatnya, Candi Borobudur dicoret dalam nominasi N7W. JK sedikit kesal dengan pernyataan Dubes tersebut dan menyindirkan gaya KBRI mencari alamat seperti mencari RT/RW. Bagi JK, tentunya hal itu tidak penting dan ia tetap monyongkan mulut panjang komodo agar mendapat pengakuan dunia internasional.

Wajar, karena perjuangan untuk memasukkan TNK dalam jajaran finalis tidaklah mudah. Mulai dari 400 saingan, turun menjadi 77 dan kini masuk dalam 28 finalis. Nah, partisipasi inilah yang diharapkan dari rakyat Indonesia untuk ikut serta, melalui SMS ke 9818 yang biaya pulsanya cuma satu rupiah saja. 

Direktur N7W, Jean Paul De La Fuente juga langsung kesal dan membantah tuduhan bahwa organsisasinya ilegal. Ia langsung melakukan teleconferrence dengan Panitia Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) serta wartawan, kemarin. 

Ia mengungkapkan, N7W berkantor di Zurich, Swiss, di Museum milik Bernard Webber, pendiri The 7 Wonder. Sambil menayangkan lokasi dan bentuk kantor di Zurich, Jean menjelaskan bahwa pegawainya tidak seperti pegawai konvensional. Para staf bekerja di lapangan dan berkomunikasi dengan menggunakan jaringan internet dan telepon seluler.

Bahkan Jean mengatakan, pejabat di Indonesia melakukan hal itu karena tersinggung dan balas dendam karena Indonesia dicoret sebagai salah satu dari 37 official supporting committe. Bahkan, Jean mengungkapkan, pemerintah juga menyewa pengacara di Swiss untuk menggugatnya dengan menggunakan anggaran negara. 

Kini baru jelas kenapa Kemenbudpar terlihat seperti lembaga yang picik sehingga berusaha menggagalkan komodo masuk N7W. Ternyata, pemerintah sudah menarik komodo ikut perlombaan itu. Nah, ketika P2K mengambil alih dan JK terjun langsung, baru tercium bau jenggot terbakar. 

Lucunya, selama ini tidak pernah diketahui tentang pengacara atas nama komodo itu dari pemerintah. Baru kemarin, Wakil Menteri Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengakui bahwa mereka telah menyewa pengacara Swiss untuk melawan N7W Foundation. 

Mengenai bayaran untuk pengacara asing itu, Sapta mengakui nilanya ratusan dolar AS per jam, tanpa menjelaskan rincian anggaran yang dipakai. Selain pengacara asing, kementerian juga menyewa pengacara Todung Mulya Lubis.

Tentu saja terdengar lucu dan aneh. Bayangkan, pemerintah menghambur-hamburkan uang negara  untuk menggugat organisasi abal-abal. Olala!. 

Tribunnews.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Komodo "Sesuatu" banget"

Post a Comment