Kampus, Gelar Pesta Seks

London - Ide awalnya, mereka ingin mengajak seluruh warga kampus untuk mempraktekkan seks aman demi mencegah penyebaran virus berbahaya, antara lain HIV/AIDS. Namun, acara bertajuk Safer Sex Ballini kemudian dicap sebagai pesta seks bebas setelah sebuah video beredar berisi tentang hubungan intim dua mahasiswa di kafetaria kampus saat acara itu berlangsung.


Dalam klip empat menit, secara eksplisit menunjukkan seorang wanita terlihat berdiri dengan teman prianya di samping meja biliar di universitas. Dia mengenakan rok yang sangat pendek, sedangkan sang pria mengenakan celana pendek, jubah, dan ikat kepala.

Mereka menghentikan perbuatannya ketika menyadari beberapa orang melihatnya. Kejadian yang terekam kamera CCTV dan diabadikan dengan ponsel ini kemudian diunggah ke dunia maya. Asal tahu saja, Exeter University adalah salah satu universitas terkemuka di negara itu.

Kini acara yang digelar oleh Exeter University di Inggris ini menuai kecaman. Terlebih, ketika para mahasiswi yang datang ke acara ini sebagian besar datang dengan kostum "menantang". 

Sekitar 2.200 mahasiswa menghadiri pesta yang digelar tanggal 12 Desember, yang menampilkan penari burlesque dan menghasilkan 140 ribu poundsterling untuk berbagai kegiatan amal.

Panitia mengenakan pakaian minim dan membagikan kontrasepsi gratis di acara itu. Acara ini diselenggarakan oleh University Guild, serikat mahasiswa Exeter.
Tiket pesta seharga 60 poundsterling. Tiket VIP dijual seharga 80 poundsterling, dimana pemegangnya berhak atas satu dari delapan meja dengan booth pribadi, yang dilengkapi dengan makanan kecil dan koktail serta minuman lainnya.

Acara tahunan ini dikritik karena tema acaranya yang dianggap cabul. Dalam satu booth, yang bertema Sex Around the World, ditampilkan ruang yang menggambarkan karnaval Rio, Wild West, rumah geisha Jepang. 

"Saya pikir pesan seks yang aman tidak terkomunikasikan dengan baik dalam acara ini karena pengunjung sangat mabuk untuk mendengar pemberitahuan apa pun," kata seorang peserta. 

Puluhan akademisi dan staf universitas menandatangani petisi memprotes tema dan meminta panitia untuk meminta maaf kepada publik. Chris McGovern, pimpinan Campaign for Real Education, menyesalkan pihak universitas yang mengizinkan acara ini berlangsung. "Saya pikir banyak orang tua yang anaknya kuliah di universitas ini akan terkejut," katanya.

Subscribe to receive free email updates: